Perubahan merupakan sesuatu yang
sulit. Perubahan membutuhkan waktu, hal-hal utama yang berharga di sekolah-sekolah dan banyak persyaratan. Perubahan yang berarti mengharuskan pendidik mempertanyakan pengetahuan
mereka saat ini dan praktek-pengetahuan dan praktek yang mungkin
benar atau
tidak benar, efektif atau tidak efektif. Banyak kepala sekolah dan staf yang merasa penting untuk melakukan
hal yang menurut orang lain harusnya mereka lakukan. Misalnya “jika sekolah lain
di wilayahmu melakukan itu, maka seharusnya kamu juga melakukannya”. Akan
tetapi “satu ukuran cocok
untuk semua” merupakan sesuatu yang absurd. Sekolah yang tidak efektif
dan gurunya memang harus didorong untuk
mengganti sistem baru yang dianggap lebih efektif. Tapi tidak masuk akal
meminta sekolah yang efektif dan guru kelas untuk menggantikan
praktek-praktek yang ada dengan yang baru belum terbukti lebih efektif.
Langkah pertama dalam
upaya perubahan yang berkaitan dengan disiplin schoolwide harus melakukan penilaian kekuatan-dan-kebutuhan, yang
merupakan proses sistematis mengumpulkan informasi untuk menentukan perlunya
perubahan dan bagian-bagian mana yang membutuhkan perubahan.
Penilaian harus
mencakup tidak hanya identifikasi kebutuhan tetapi
juga kekuatan atau aset yang mungkin berguna dalam menangani kebutuhan tersebut. Penilaian kekuatan-dan-kebutuhan harus komprehensif dan berbasis luas. Dengan demikian, harus mencakup semua empat komponen disiplin schoolwide
komprehensif: mengembangkan disiplin diri, mencegah masalah perilaku,
memperbaiki masalah perilaku, dan menangani kebutuhan yang lebih menantang
siswa di Tiers 2 dan 3. Tanggung jawab untuk
melakukan penilaian kekuatan-dan-kebutuhan harus diserahkan kepada
Sekolah-komite disiplin, tim, atau kelompok kerja. Akan tetapi, semua anggota staf sekolah harus
berpartisipasi dalam penyelesaiannya dan, yang lebih penting dalam analisis hasil.
Terdapat 5 tahap perubahan dalam pengimplementasian Schoolwide Change yaitu:
1.
Tahap perubahan. Kesiapan, meninjau kembali
literaur tentang program dengan
membuktikannya, memikirkan kembali visi dan apa yang diperlukan, apakah memang
benar dibutuhkan dan bagaimana bisa terjadi.
2.
Awal penerapan. Menyusun rencana
implementasinya, rencana pelaksanaan seklah harus mencakup dari inti
unsur-unsur, apakah suatu program atau pendekatan tertentu dipilih untuk
diadopsi atau komponen-komponen yang dipilih harus konsisten dengan filosofi
dan misi sekolah. Tujuan tidak boleh terlalu luas dan idealis.
3.
Implementasi awal. Para pemimpin
(kepalasekolah) harus yakin dalam memimpin perubahan.
4.
Melembagakan program melalui kebijakan, kurikulum dan budaya sekolah. Sekolah-sekolah
yang terdapat mobilitas atau perubahan, berkelanjutan dari waktu ke waktu
mempertahankan dan melembagakan program tersebut.
5.
Evaluasi yang sedang berlangsung dan
pembaharuan kreatif. Agar perubahan terus berlangsung pemimpin harus
benar-benar membahas perubahan apa yang dibutuhkan. Hambatan untuk mengubah
terus diperiksa dan apapun yang tidak berjalan diubah atau diganti
No comments:
Post a Comment