“Cie
yang habis ketemu mantan, gimana?” Tanya Diah kepadaku yang duduk persis di
sebelahku
Diah
ini teman satu kelas di semester 3, cara bicaranya kelemer-kelemer gitu kayak
ababil
Hahaha….
“Jupe kekantin yuk, aku
laper” pintanya.
“Duh aku masih kenyang
nih tadi sudah sarapan pagi” tolakku dengan nada
yang males-malesan.
“Hmmm.. yaudah kamu
nemenin aku aja bentar” pintanya memaksa.
Karena
terpaksa akhirnya aku menemaninya untuk makan di kanti yang ternyata disana
sudah ada mbak Debora dan Emi, karena enggak enak hanya duduk ngeliatin
orang-orang makan akupun memesan es teh. Sambil bercanda dengan teman yang lain
aku menunggu si Diah menyelesaikan sarapannya, tak beberapa lama dia
menghabiskan makanan dan minumannya diapun melirik kea arah jam tangannya.
“Aku duluan ya guys,
aku sudah ada janji mau menemui temenku” lalu dia pergi begitu
aja.
What??????!!!!!
Ya
seperti yang kalin bayangkan pastinya, aku bengong melihat si diah yang
berjalan semakin menjauh meninggalkan kantin
“Sialan,aku disini
karena dia yang minta di temenin eh malah dianya yang ngacir duluan”
celotehku karena kesal dengan tingkahnya.
Spontan
aja mbak Debora dan Emi menertawaiku sambil mengatakan “Sabar pe, kasian banget lu kena kerjain”
Haduhhh…….
pokoknya anak satu ini mahluk yang aneh walaupun ada nilai plusnya yaitu
lumayan baik.
Saat ini aku berada di ruangan kelas,
barusan saja dosen pengampunya menutup materi pembelajaran hari ini.
“Hmmmm……
biasa aja, bete iya” celetuhku kesal sambil memasukkan handphoneku kedalam
ransel.
“Kenapaaaaaa???”
tayanya usil dengan gaya cara bicara khas di iklan oreo.
“Itu
mantan ngajak balikan”
“Terusss…………..
kamu mau?” ini salah satu pertanyaan yang menyebalkan darinya yang sebenarnya
enggak perlu ditanyain.
“Ya
enggak lah” jawabku bete.
“O…
eh laptopmu gimana sudah dibenerin??” dia mengambil tasnya bersiap-siap untuk
meninggalkan tempat duduknya.
Aku
melirik ke arahnya sambil berkata “……..Belom”
Laptop kesayanganku yang sudah menemani
selama empat tahun terakhir dalam suka maupun duka akhirnya mengibarkan bendera
putih yang kemungkinan besar menyusul bendera kuning menandakan kematiannya.
Dipertengahan bulan desember kemarin dia harus diinapkan di tempat service,
kata tukang service sih mainboardnya yang rusak. Harga mainboard baru berkisaran
dua juta sedangkan jika diperbaiki hanya
menelan korban biaya limaratus ribu rupiah.
Nah….. Daripada beli mainboard mendingan
beli laptop baru, berhubung budgednya enggak cukup jadinya di service aja tapi
ternyata sampai saat ini belum bisa dibenerin.
Kabar proposal tesisku??????????
Proposal tesisku akhirnya selama kurang
lebih hampir satu bulan terlantar penuh debu di bawah meja.
No comments:
Post a Comment