Search This Blog

Sunday, 4 September 2016

Topeng Joker

Aku berjalan kearah perkarangan BAPEL UNJA, disana aku berjalan mendekati sekumpulan mahasiswa yang terdiri dari 4 perempuan dan 5 laki-laki. Aku berjalan sambil menyeret koperku dan berhenti sekitar  satu meter dari mereka dan mulai menyapa salah satu dari mereka.
“hey,....” gumamku kecil sambil berbicara dengan salah satu perempuan yang berada di sana. Perempuan tersebut bertubuh kurus tinggi dan berambut pendek ‘ina’ nama perempuan tersebut.
Ina melebarkan senyumnya kepadaku.
“yang lain mana? Dan dimana bus kita?” aku berjalan sambil menyeret koperku, berjalan mendekat kearahnya.
“mereka sedang dibalairung, bus kita ada di sana” ina menunjuk ke samping gedung balairung universitas Jambi.

           Namaku Riri, aku mahasiswi FKIP di Universitas Jambi. Hari ini adalah hari keberangkatanku menuju ke lokasi KUKERTA dan mulai hari ini hingga dua bulan kedepan aku akan menetap di tanjung jabung timur untuk melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. Posko ku terdiri dari sembilan laki-laki dan tujuh perempuan dari fakultas yang berbeda-beda, dari fakultas Hukum ada dua laki-laki yaitu bernama andre dan dimas. Dari fakultas Ekonomi ada satu perempuan yaitu bernama ina dan tiga laki-laki yaitu farhan, fitra dan reza. Dari fakultas Peternakan adan satu perempuan yaitu putri, dan dua laki-laki yaitu adi dan soni. Dari fakultas Pertanian ada dua perempuan yaitu maria, ruri dan dua laki-laki yaitu johan dan joni. Dari fakultas FKIP ada dua perempuan yaitu septi dan aku riri. Dalam satu posko kami akan tinggal selama dua bulan, satu rumah dengan enam belas orang yang memiliki watak, pemikiran dan sikap-sikap yang berbeda pula. Kami memiliki semboyan di posko ini yaitu “Rambut boleh sama hitam, tapi shamponya berbeda-beda” sebenarnya maksud dari kalimat itu yaitu; rambut boleh sama hitam tapi hati, cara berfikir orang berbeda-beda.

Aku terbangun dari tidurku, sambil bermalas-malasan aku melihat handphoneku jam menunjukkan pukul 7:30. Aku bergegas menuju ke arah dapur dan di dapur sudah ada putri, maria,  ina sedang membuat masing-masing segelas susu.
“hari ini siapa yang piket” tanyaku kepada putri, maria dan ina
“hari ini yang piket ruri” jawab ina sambil memandang ke arah ruri yang berjalan ke arah pintu dapur.
Ruri melirik kearahku sambil bergumam “kenapa?”
“hari ini mau masak apa?” tanyaku kepada ruri
“masak apa aja boleh” jawab maria sambil bercanda, dan aku hanya menanggapinya dengan senyumanku.
“masak ini aja..” ruri mengatakan kepadaku apa saja yang harus dibeli untuk dimasak hari ini.

Setiap hari aku pergi berbelanja untuk makanan sehari-hari maupun keperluan posko lainnya seperti perlengkapan dapur, bohlam lampu, maupun perlengkapan lainnya. Aku menjabat sebagai bendahara di posko ini dan bukan maksudku tidak memperbolehkan teman-temanku yang berbelanja tetapi mereka sendiri yang tidak mau pergi untuk berbelanja harian.
malam harinya tepat di minggu ketiga aku, adi, dan johan duduk-duduk di ruang depan. Septi, putri, maria, ruri dan ina sudah terlelap tidur di kamar. Andre, dimas, farhan, fitra, dan joni entah apa yang mereka lakukan aku tidak tau malam itu yang jelas mereka belum tidur.
aku mendengarkan johan bermain gitar sambil bernyanyi.
“sekali lagi aku mohon kepadamu kembalilah kepadaku karena takkan pernah ada yang bisa menggantikanmu, sekali lagi aku mohon kepadamu kembalilah kepadaku karena takkan pernah ada yang bisa menggantikanmu...” johan memainkan gitar dengan sedikit talen yang dimilikinya tetapi dengan penuh percaya diri bagaikan seorang musisi yang sedang bernyanyi di atas panggung dan ditonton oleh para penggemarnya.
Aku kira lagu tersebut sudah akan diusaikan oleh johan namun dengan santainya adi menyambung lagu yang dinyanyikan oleh johan dengan mengulang-ulang lirik lagu tersebut.
sekali lagi aku mohon kepadamu kembalilah kepadaku karena takkan pernah ada yang bisa menggantikanmu, sekali lagi aku mohon kepadamu kembalilah kepadaku karena takkan pernah ada yang bisa menggantikanmu...”
Aku spontan tertawa melihat tingkah adi tersebut, lirik lagu itu terus menerus dinyanyikanya dan johan sambil tersenyum geli terus memainkan gitarnya mengiringi lirik lagu yang dinyanyikan adi. Mereka bernyanyi bersama-sama dan akupun ikut bernyanyi bersama mereka walaupun yang dinyanyikan hanya lirik tersebut yang terus kami ulang-ulang terkadang disertai dengan tawa kecil dan entah sejak kapan tiba-tiba saja teman-teman yang tadinya tidak jelas sedang mengerjakan apa yang mereka kerjakanpun ikut tertawa.
Aku fikir kami akan seperti itu setiap harinya, tertawa, bercanda ria ternyata tidak. Sampailah pada suatu hari aku mengetahui begitu banyaknya topeng-topeng yang mereka pasang selama ini. Hari itu aku baru pulang dari jambi bersama andre dan aku mendapatkan perlakuan dingin dari mereka-mereka yang tinggal di posko selama aku pergi bersama andre.
selesai makan malam kami seperti biasa berkumpul untuk curhat bersama, pada saat itulah aku mengetahui penyebab dari sikap mereka terhadapku.
“riri, kami semua ingin bertanya kenapa uang jatah belanja kami dikurangi” ungkap ruri kepadaku.
Dengan santainya aku menjawab pertanyaan ruri tersebut   “maaf sebelumnya, bukan maksud aku untuk mengurangi uang belanja teman-teman tetapi aku merasa bahwa kita terlalu boros untuk berbelanja”
“ kemana sebenarnya uang kas kita? Kami disini bertanya-tanya” ruri bertanya sembari mengutarakan bahwa dia mewakili dari teman-teman yang lain. Aku tidak menyangka bahwa mereka memiliki kecurigaan dan fikiran jelek terhadapku padahal selama ini aku mencoba memberikan yang terbaik buat mereka dan selama itu juga mereka tidak pernah mempercayaiku.
“apa teman-teman tidak menyadari bahwa kita disini terlalu boros dengan semua hal yang ingin kalian beli, masalah makanan kita aku rasa cukup dan itu juga bukan salahku. Setiap harinya aku selalu bertanya kepada teman-teman yang piket ‘apa yang ingin dimasak hari ini?’ jangan pernah bilang aku tidak pernah menanyakannya, aku hanya membeli apa yang kalian minta” jawabku tegas.
“ya memang, tapi kami merasa apakah dengan jumlah uang yang kamu batasi kita bisa berbelanja dan memasak makanan enak. Kami selalu berfikir tidak mungkin” jawab ina kepadaku.
Aku menjelaskan sambil menunjukkan bukti catatan pengeluaran yang ku tulis begitu rinci dan detail kemana saja pengeluaran. Tawa, canda, rasa kebersamaan mereka selama ini adalah topeng bagiku, tak pernah aku membayangkan akan seperti ini jadinya. Mereka semua memiliki fikiran buruk terhadapku untunglah masih ada yang bepihak kepadaku walaupun hanya seorang saja yaitu andre. Aku menyelesaikan perdebatan malam itu dengan hati yang sedih dengan sikap mereka. Aku bukan pertama kali ini menjabat sebagai bendahara, tapi aku sudah berkali-kali dan tidak sedikit banyaknya aku memegang uang selama ini hingga ratusan juta dan itu memang bukan uangku melainkan uang karyawisata teman-teman satu kampusku. Mereka tidak pernah menyimpan prasangka buruk sedikitpun, sepenuhnya percaya kepadaku dan akupun tidak pernah ada berniat untuk mengambil uang mereka.
Andre pernah berkata, dalam pelaporan keuangan harus dirincikan serinci-rincinya biarpun hanya Rp. 50,-  dia mengatakan kepadaku ‘hanya gara-gara uang orang-orang bisa saling membunuh’

‘rambut boleh sama hitam tapi hati orang siapa yang tahu’ kalimat itu selalu kuingat hingga pulang dari KUKERTA. Bagiku mereka bukanlah orang-orang yang baik dan tak seharusnya dulu aku pernah menganggap mereka teman yang baik.
//go.ad2up.com/afu.php?id=526792

No comments:

Post a Comment

Simple theme. Theme images by merrymoonmary. Powered by Blogger.

Popular Posts