Search This Blog

Saturday, 3 September 2016

Cengkraman Kolonial dan Culturstelsel

Soetrisno (1992:146) struktur ekonomi kolonial merupakan struktur ekonomi yang berorientasi, berpusat atau mengabdi pada kepentingan negara induk atau negara penjajah. Sentralnya terdapa pada kepentingan penduduk atau pemerintah negara induk. Timbulnya daerah jajahan dimulai dari usaha
untuk  mencari keuntungan oleh penduduk atau usaha dagang di daerah jajahan. Bagi belanda di indonesia adalah berdagang untuk mendapatkan rempah-rempah termasuk cengkeh, pala-fuli,kayu manis dan lada. Namun, melihat kondisi penduduk indonesia yang terbelakang, perdagangan tersebut meluas menjadi sifat menguasai,memerintah, mengajar, menolong dan lain-lain berdasarkan atas kepentingan mencari keuntungan. Ekonomi kolonial ini hanya menguntungkan pihak penjajah, indonesia sebagai negara jajahan memberikan sumbangan sebesar 8% dari pendapatan nasional negeri belanda (ISEI, 2005:17)

1.      Cultuurstelsel di Luar Jawa
Cultuurstelsel dilakukan juga di beberapa tempat di luar Jawa, meskipun dalam ukuran yang lebih kecil.
-              Minahasa sejak 1822 telah diselenggarakan cultuurstelsel untuk kopi. Sistem ini baru dihapus pada 1899.
-              Selain itu di Sumatra Barat sejak 1847 (seusai Perang Padri) juga diadakan cultuurstelsel untuk kopi yang baru dihapus pada 1908.
-              Di Madura terdapat pula cultuurstelsel untuk tembakau.
-              Selain itu cultuurstelsel juga masih tetap berlangsung di Maluku (dari masa VOC), yaitu cengkeh di kepulauan Ambon dan pala di kepulauan Banda. Bentuk ini baru dihapuskan 1860. Dengan dipimpin oleh para pemimpin tradisional di desa (para "kepala walak")

Sebab-sebab kegagalan culturstelse:
-              Adalah habisnya lahan pertanian hingga tidak bisa diadakan ekspansi terus-menerus.
-              Adalah penyakit tanaman kopi yang sulit diatasi.
-               Adalah Perang Aceh yang berlangsung sangat lama dan membutuhkan perhatian penuh dari pihak Belanda. Keempat adalah cara-cara pengelolaan yang kurang baik.
saat penghapusan (1899) hanya mencapai sekitar 6000 pikul).

2.      Kaitan Cultuurstelsel dengan Masyarakat
Dampak cultuurstelsel pada masyarakat Jawa. Semua peneliti mutakhir sepakat bahwa sistem ini tidak bermoral, tidak manusiawi dan tidak dapat dibenarkan. Dalam hal ini harus dibedakan antara sistem itu sendiri (yang dianggap tidak dapat dibenarkan), dan dampaknya pada masyarakat. Para penelitian belum sampai pada kala sepakat mengenai masalah kedua itu. Pada satu pihak ada pendapat, bahwa sistem ini paling kurang bermanfaat karena menyebabkan ekonomi uang masuk ke desa. Tetapi penelitian mengenai sistem ekonomi masa VOC tersebut di atas menunjukkan bahwa proses moneterisasi sesungguhnya telah muncul dalam masyarakat Jawa dalam masa VOC (Houben, 1993). Dan kemungkinan besar sebelumnya juga telah beredar berbagai macam uang dalam masyarakat itu.
//go.ad2up.com/afu.php?id=526792

No comments:

Post a Comment

Simple theme. Theme images by merrymoonmary. Powered by Blogger.

Popular Posts