Jean Paul Sartre lahir di paris pada tahun 1905 dan meninggal pada tahun 1980. Sarte merupakan seorang pejuang kemerdekaan, humanis, ateis, komunis moralis dan aktifis. Pada tahun 1929, tepatnya di paris Sarte menentang (tidak sependapat) filsafat Neokantionisme yang ia sebut sebagai “filsafat pencernaan” karena mengambil dari dunia historis nyata dan mengeluarkannya kembali sebagai konseb abstrak. Sartre menulis buku yang berjudul L’etre et le Neant. Buku ini menceritakan bagaimana manusia saling menindak dalam usaha masing-masing untuk mempertahankan kebebasannya. Manusia menindak dan ditindak oleh pandangan;
“Begitu ia dilihat, ia membeku sebagai subjek, kehilangan kebebasan dan dengan demikian ditindak (Jean Paul Sartre, dalam wibowo, 2011:8)”
Pemikiran ini muncul dan disadari oleh Sarte sejak dia mengalami L’autre (kejatuhan) pada masa kecilnya yaitu:
- Sartre kecil tinggal bersama orang tua ibunya di paris merasa hidup bahagia dengan pujian-pujian akan ketampanannya dengan rambut panjang yang bergelung, tetapi hingga suatu hari Sartre menyadari bahwa dirinya jelek ketika rambut panjangnya tersebut dicukur. Semua mata memandang ia jelek, Sartre menyadari bahwa eksistensinya lahir dari tatapan mata orang lain
- Ketika ibunya menikah lagi, Sartre tinggal di La Rochelle sebuah kota kecil di tepi patai jauh dari paris. Kehidupan baru bersama ayah tirinya membuat dia merasa bahwa ibunya telah dirampas dari dirinya dan tidak hanya itu dia merasa diasingkan ke La Rochelle dari orang-orang yang menyayanginya. L’autre kedua disadarinya ketika ayah tirinya memaksa untuk mengerjakan tugas geometri dan aljabar, ayah tiri Sartre mengatakan dia tidaklah pintar. Semua pujian-pujian pintar dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya dulu seketika menghilang dengan mendapati kenyataan bahwa dirinya tidaklah pintar.
Dari L’autre tersebut dapat disimpulkan bahwa tatapan mata orang lain menjatuhkan manusia menjadi sekedar “objek” manusia ditentukan oleh cara pandang orang lain. Baik itu positif ataupun negatif cara pandang itu mengobjekkan manusia, memampatkannya dalam sebuah konsep atau ide atau situasi tertentu yang diluar jangkauan manusia itu sendiri.
No comments:
Post a Comment